Aku suka banget baca novel,,baca buku,komik...apa saja yang bisa membuatku berkhayal....
kalian tau novel-novel karya iLana tan ?? tau? Summer In Seoul? Autumn iN Paris? Winter in Tokyo? Spring In London?? Andai aku bisa,,aku ingin menjadi novelis sesempurna dia. 2 hari yang lalu aku mulai membaca novel keduanya,,Autumn In Paris. Ketiga novelnya yang lain telah habis aku baca dan selalu berhasil mengaduk-aduk perasaanku. Tapi menurutku,Autumn In Paris adalah novelnya yang paling menyakitkan, baru sedetik yang lalu aku menuntaskan membacanya,aku menangis terisak-isak saat cerita telah sampai pada klimaksnya,,hatiku ikut sakit,,aneh bukan? tapi aku rasa semua pasti bisa merasakannya. Ilana tan begitu sempurna dalam mengolah kata. setiap novel ilana tan selalu berhubungan,,tapi tidak bersambung. Summer In seoul bercerita tentang kehidupan Shandy,,gadis berdarah Indonesia yang tinggal di Korea dan jatuh cinta dengan seorang penyanyi terkenal ,yang sangat d idolakan kakak tirinya,,yang sudah meninggal akibat kecelakaan yang berkaitan dengan sang penyanyi itu. Shandy memiliki sepupu bernama Tara Dupont yang tinggal di Paris,,kehidupan Tara di ceritakan dalam AUtumn In paris. Tara bertemu lelaki Jepang yang bertetangga dengan Ishida kEiko. Cerita Ishida KEiko di tulis dalam Winter In tokyo. Ishida Keiko mempunyai saudara kembar,bernama Naomi Ishida,kisah Naomi Ishida di tulis dalam Spring In London.
Tapi sekarang aku ingin bercerita tentang Autumn In Paris. dari keempat novel Ilana tan,,,Autumn In Paris adalah novelnya yang paling menyakitkan. Aku memang gampang sekali menangis bila di hadapkan dengan kisah-kisah yang berhubungan dengan kematian,ketidakadilan,perjuangan dan perpisahan. Mungkin hampir semua perempuan seperti itu.
aKU menangis dan tidak pernah bisa berhenti membaca bila telah memegang novel hebat seperti ini. Cerita Ilana tan begitu susah di tebak,,entah bagaimana caranya ia bisa menyusun semuanya dengan begitu tepat. Hatiku sakit sekali ,seandainya memang ada kejadian serumit yang di alami Tara Dupont dan Tatsuya Fujisawa ,mungkin aku akan sangat menyayangkannya. Takdir tidak bisa di tebak. Karena jauh sebelum kita ada,takdir sudah di gariskan. Aku tidak tau apa jadinya bila apa yang Tara alami,terjadi padaku. Tapi aku bersyukur itu tak (akan) terjadi padaku. lucu memang melihatku menangis karena membaca buku (dan apakah puasaku batal saat aku menangis????) tapi aku tidak bisa menahannya . hatiku sakit sekali. apalagi,saat aku membaca buku,,aku benar-benar serius membayangkannya,,seolah-olah aku yang mengalaminya. aku yang melihat kejadiannya. aku yang merasakan semua perasaannya. Tidak pernah,sedikitpun aku berani bermimpi bisa menulis novel seperti ilana,,melihat aku yang cepat sekali bosan tapi cepat sekali mendapatkan ide tentang apa yang akan aku tuliskan. aku pernah membuat cerita panjang (cerpan..haha),,dan intinya tentang kematian dan perpisahan. cerita beralur seperti itu sangat mudah di buat dan gampang di sukai,meski menyakitkan.
tapi karyaku tentu tidak sebanding dengan karya ilana tan. karyaku itu saat itu hanya aku dan beberapa temanku yang membacanya,dan alhamdulillah,juga menyukainya,,seperti yang aku katakan tadi,cerita seperti itu mudah di sukai.
Autumn In Paris,,,,aku tidak rela membacanya..kenapa harus seperti itu ya yang terjadi?? hhmm...sedih sedih sedih..hiksss...
napasku jadi terasa sesak juga saat bernapas,,seperti yang pernah aku rasakan dulu.....duluuuu sekali,,tapi bukan itu yang ingin aku bahas. atau memang novel itu begitu dekat dengan perasaanku sehingga hatiku begitu sakit saat membacanya?? Pernahkah kalian merasakan sakit yang meremuk dan mencampak paksa hatimu keluar dari ragamu?? Pernahkah kalian merasa seperti tidak berdaya dan tak bisa bergerak seakan langit menimpamu? Pernahkan kalian merasa sendiri dan tersiksa? pernahkah kalian merasa tidak seharusnya semua terjadi??
apapun hal yang terburuk yang pernah kita rasakan,,jangan hanya berhenti di situ,jangan biarkan keadaan mengalahkanmu,,,dan jangan menengok ke belakang terlalu lama,,teruslah berjalan. Keep moving on!
meski itu hal paling berat yang pernah kau lakukan. kita hidup bukan untuk menangis dan menyesal ,itu hanya memperburuk keadaan, Nah sekarang aku merasa seperti psikiater,padahal aku tidak punya ilmu tentang hal itu. aku juga pernah punya perasaan konyol seperti itu. tapi tidak apa-apa,,itulah hidup. justru jika hidup kita tanpa masalah ,,hidup akan terasa datar...padahal Life is never fLat! kata Agnes Monica...
Jadi mellow dech setelah baca novel. Pelajaran hidup itu penting ,hal yang terpenting adalah ketika kita bisa bangkit dan menghadapinya.
semoga kalian selalu bahagia. dan terimakasih telah membaca cerita konyolku. selamat tertawa bagi yang menganggapnya lucu. semoga kalian termotivasi bagi yang bisa merasakan apa yang aku rasa.
jangan lupa tinggalkan pesan untukku di chatbox,,agar aku bisa menjadi lebih baik. sekali lagi terimakasih. LOVE Y'ALL (-^_^-)mEMoYz
Siang ini ramai sekali di sekolahku. Yaa..sekolah memang selalu ramai. Tapi,hari ini berbeda. Hari ini adalah hari Senin dan lebih dari 50 murid di sekolahku terlambat menghadiri upacara bendera. Maka,setelah upacara usai,murid-murid tadi di kumpulkan di lapangan upacara,di beri kuliah panjang lebar oleh Kepala Sekolah dan di beri hukuman membersihkan seluruh sekolah. Tentu saja hal ini menjadi perhatian murid-murid lain. Hingga kami pun berdiri di luar kelas dan menyaksikannya. Di antara teman-temanku yang kena hukuman itu,ku lihat Lala,dia temanku sejak kecil,karena rumah kami bersebelahan. Aku terheran-heran melihatnya. Dia itu murid paling rajin yang pernah aku kenal. Lalu,kenapa hari ini dia terlambat. Pertanyaan ini berkecamuk di pikiranku. “Yan…Pian………..itu si Lala kan? Aku pikir ,aku salah lihat. Tapi bener lho,Lala tuh,dia terlambat,”kata Janice di sampingku. Sebenarnya namaku Vivian.,tapi teman-temanku dan hamper semua orang yang mengenalku lebih suka memanggilku Pian. Aku hanya mengangguk menanggapinya. Karena aku juga tidak punya jawaban apa-apa. Aku memang jarang pergi ke sekolah bersamanya. Karena dia lebih sering di antar sopir pribadinya,atau akhir-akhir ini ,lebih sering di antar pacar barunya yang beda 3 tahun darinya. Ku perhatikan mata Lala sembab. Tapi aku tak sempat mencari tahu ,karena guru kami datang dan menggiring kami masuk kelas. Pelajaran pertama,ku lewati dengan pikiran tak focus.
Istirahat pertama di mulai…..
Aku heran kenapa Lala tidak juga masuk kelas di pelajaran kedua. Saat aku mencoba-coba mencari Lala,Dita memanggilku.
“Pian……si Lala nangis sendirian tuh di taman pojok kantin,”
Aku berlari ke sana dan berpikir,rasanya bukan tempat yang tepat untuk menangis di taman pojok kantin yang super ramai.
“Lala…,”ucapku saat telah sampai di sampingnya.
Lala menatapku sekilas,dan walau pun sudah tidak menangis ,aku bisa melihat matanya merah. Karena dia tidak mengatakan apa-apa,maka aku putuskan untuk bertanya.
“Kamu kenapa?,”tanyaku.
“Pacarku,yan. Pacarku selingkuh,”jawabnya penuh emosi dan mulai menangis lagi. Aku mulai merasa bertanya dengan cara yang salah,karena orang-orang di sekitar mulai memperhatikan kami. Aku sebenarnya heran pada Lala dan beberapa orang temanku yang sudah mengenal pacaran. Di usia 14 tahun,Lala sudah 2 kali pacaran. Teman-temanku ada yang sekali,2 kali,3 kali. Aku? Sama sekali belum pernah. Bukan karena apa-apa,tapi entahlah aku lebih suka berteman. Menurutku belum pantas. Teman-temanku menganggapku kekanakan,tapi bukankah kami memang masih anak-anak?
“Pian……,”panggilnya,mungkin karena aku terlalu lama diam.
“Kenapa bisa begitu?,”hanya itu yang bisa aku ucapkan. Kemudian,Lala bercerita panjang lebar tentang semuanya,dan aku pun mendengarkan. Memang selama 1 tahun terakhir ini ,aku selalu mendengarkannya dengan baik. Sekarang aku tahu mengapa Lala terlambat pergi ke sekolah hari ini. Itu karena ia menangis semalaman,dan membuatnya terlambat bangun. Dan di akhir ceritanya,Lala pasti berterimakasih padaku dan mengatakan bahwa aku sangat membantu. Padahal,aku jelas-jels tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengangguk beberapa kali. Aku makin merasa seperti anak-anak yang tidak mengerti permasalahan orang dewasa.
Saat di rumah,aku menceritakan kejadian di sekolah pada abangku Radith,yang sudah kuliah dan Kakakku Chintya yang sudah menikah dan kebetulan mampir ke rumah,perbedaan kami bertiga sangat jauh,jarak usiaku dengan Bang Radith 6 tahun,jarak usiaku dengan Kak Chin 11 tahun. Bang Radith tertawa melihat kepolosanku. Kak Chin tersenyum sambil menimang anak pertamanya yang berusia 6 bulan. Karena merasa tidak di dukung ,aku pun mengajak Shandy,anak Kak Chin ,bermain. Aku makin merasa kecil.
Esok harinya,di sekolah ,Lala masih terlihat sedih namun tampak lebih baik dari kemarin. Dan aku masih tidak tahu harus berkata apa. Saat teman-temanku mendukung ,menghibur Lala dan mengatakan “Sabar ya,La,”,aku pun membeo. Hal itu sedikit membuatku puas.
Selang 1 Minggu kemudian,,,,
Aku melihat wajah Lala telah cerah kembali,pipinya bersemu merah dan matanya terlihat berbinar-binar. Ia kembali rajin dan cemerlang dalam megikuti pelajaran. Aku dan teman-teman lega di buatnya dengan perubahan Lala yang begitu cepat. 1 minggu yang lalu,kami melihatnya berlinang air mata dan kini kami melihatnya dengan limpahan senyum lebar tak terhingga. Saat sedang berkunjung ke rumahku untuk membuat tugas bersama,aku penasaran dan bertanya tentang hal yang membuatnya begitu cepat sembuh dari kesedihannya. Lala pun menjawab ,tak lupa dengan tersenyum-senyum.
“Setelah pacarku selingkuh,aku putus dengannya dan 3 hari yang lalu,saat sedang pergi ke toko buku,aku ketemu sama cowok,dia manis sekali,Lalu ia mengajakku berkenalan…,”dan cerita Lala berlanjut lagi. Aku kembali mendengarkan,mengangguk beberapa kali dan takjub dengan Lala yang Ajaib . Terbuat dari apakah hati Lala?,tanyaku dalam hati. Di akhir ceritanya,Lala berkata ,”Makasih ya,Pian. Kamu temen aku yang paling baik deh. Kamu bener-bener bawa hoki,hehehe. Nanti soal kelanjutannya sama dia,aku certain lagi ya,Pian.”
“Oke!,”kataku terheran-heran,memang apa yang sudah aku lakukan? Dan aku akan (selalu) mendengarkan Lala untuk semua yang ia ceritakan.
notabene: terimakasih sudah mau repot-repot membaca serial isengku.
Duluuu waktu aq masih kecil....aq suka bgd sama boyband asal Irlandia,Westlife. waktu jaman aq masih SD tuh....itu juga karena abangku suka sama Westlife...gara gara itu karena sering dnger lagunya jadi ikut suka dech....lagi pula temen-temenku di sekolah juga suka ,,yawda..jadi dech...nd gara gara itu aq jadi mulai suka belajar bahasa inggris,,alasannya supaya aq bisa menyanyikan lagu-lagu westlife dengan ucapan dan arti yang benar....
gara-gara itu ,aq benar-benar termotivasi lhoo...dan itu sangat membantu dalam pelajaranku akhirnya,,(THX WESTLIFE..) heehe
kemarin,aq denger dari notebook abang aq,,yang muterin salah satu lagu westlife,,jadi keinget dechh,,,emang dulu di jamannya westlife itu keren kok..lagunya asiik...dulu waktu SD ,aq suka ngedance ma temen-temenku pake LaGu "I LAY MY LOVE ON YOU"...,tau kan? tuh lagu asiik. nii dech baca biografi singkat westlife ,yang aq ambil dari Wikipedia :
Tidak semua single yang mereka buat mencapai peringkat pertama di tangga lagu Britania Raya:
"What Makes a Man" (2000) #2
"Bop Bop Baby" (2002) #5
"Tonight/Miss You Nights" (2003) #3
"Hey Whatever" (2003) #4
"Obvious" (2004) #3
Westlife juga empat kali berturut-turut memenangkan penghargaan "Record of the Year" ITV dengan single mereka "Flying Without Wings", "My Love", "Mandy", dan "You Raise Me Up".
Westlife tidak berhasil menembus industri permusikan di Amerika Serikat, walaupun singleMTV AS. Pada acara MTV TRL, video klip "Swear it Again" pernah diminta beberapa kali, dan masuk pada chart "hot 100" di salah satu majalah di AS (Billboard Magazine) edisi musim panas di urutan ke-20.perdana mereka, "Swear it Again", pada waktu itu cukup populer di radio dan Hingga kini mereka belum berhasil meraih kesuksesan serupa di AS. Album debut mereka gagal setelah dirilis pada 2000 dan itulah satu-satunya album mereka yang dirilis di sana. Hal tersebut tidak berarti tidak ada perkembangan fans Westlife di sana. Band ini juga sangat terkenal di Asia, Eropa, Australia, dan beberapa negara di Amerika selain AS.
Seperti boyband lainnya, album-album mereka ditujukan kepada para remaja perempuan, walaupun ada juga fan mereka yang pria (kurang lebih sebesar 20% fan dari Westlife adalah pria). Beberapa kali Westlife pernah tampil di beberapa tempat komunitas gay. Pada tanggal 19 Agustus 2005 salah satu anggota band mereka, Mark Feehily, menyatakan dirinya seorang gayV bernama Kevin McDaid.kepada publik serta keberadaannya menjalin hubungan dengan seorang mantan anggota grup musik
hhm menarik kecuali yang bagian akhir...Mark itu ganteng tau. Tapi anehnya itu jadi hal biasa di sana. And Bryan....aq tau dy menikah ma personel Atomic Kitten,,and punya anak bernama,Molly,,tapi aq ga rela dy keluar dari Westlife,,hehe
TEKA-TEKI kematian diktator Jerman Adolf Hitler, kembali jadi perbincangan hangat. Koran The Daily Telegraph pada 28 September 2009 menurunkan satu laporan, tengkorak yang selama ini diduga milik Hitler dan disimpan di Rusia ternyata, bukanlah tengkorak tokoh tersebut. Dalam Program History Channel Documentary, koran yang terbit di Inggris itu menjelaskan, tengkorak tersebut merupakan tengkorak perempuan yang meninggal di bawah usia 40 tahun.
Dengan informasi ini, semakin terbuka munculnya spekulasi seputar kematian tokoh Perang Dunia II tersebut. Selama ini, sebagian masyarakat dunia meyakini pemimpin Nazi (Nationalsozialismus) Jerman tersebut, tewas bunuh diri di salah satu bunker di Berlin pada 30 April 1945 bersama kekasihnya Eva Braun. Ketika itu usia Hitler 56 tahun.
Sebagian lagi beranggapan, Hitler berhasil melarikan diri bersama Eva Braun, kemudian menghabiskan masa tuanya di Brasil, Argentina, atau wilayah lainnya di Amerika Selatan. Masing-masing pihak mengemukakan berbagai argumen yang memperkuat dugaan mereka. Sejumlah dokumen diungkapkan dan para saksi pun berbicara.
Selain versi yang sudah lama dikenal dunia, terdapat versi Indonesia yang boleh jadi merupakan versi terbaru. Dalam versi itu dijelaskan tentang kemungkinan Hitler melarikan diri ke Indonesia dan meninggal di Surabaya. Dugaan ini didasarkan pada penuturan seorang dokter warga Bandung, Sosrohusodo.
Sosro adalah dokter lulusan Universitas Indonesia. Dia menuliskan pendapatnya pada satu artikel di Pikiran Rakyat pada 1983. Kemudian pada 1994 saya bertemu dengan Sosrohusodo. Hasil wawancara itu dimuat Pikiran Rakyat pada 24 Februari 1994 dalam bentuk artikel yang cukup panjang. Artikel itulah yang kemudian wara-wiri di dunia maya belakangan ini.
Pertemuan dengan Sosrohusodo ketika itu dilakukan atas permintaannya. “Saya ini sudah tua. Akan tetapi, saya masih memiliki satu beban besar yang hingga kini belum terungkap, yaitu mengenai diktator Jerman Adolf Hitler,” katanya, saat berbincang di rumahnya Jln. Setiabudhi seberang kampus UPI Bandung. Rumahnya tidak begitu besar, tetapi halamannya cukup luas. Raut gelisah terlihat di wajah Sosrohusodo.
Dia pun memperlihatkan setumpuk dokumen yang tampak lusuh. Diikat dengan beberapa belit benang. Antara lain berisi foto-foto lama, yang memperlihatkan seorang lelaki dan perempuan bule warga negara Jerman, paspor, dan buku harian dengan tulisan steno. Terdapat pula foto seorang wanita Sunda, yang disebutnya sebagai sumber amat penting dan memperkuat teorinya itu.
Lelaki dalam foto-foto itu bernama dr. Poch, pemimpin salah satu rumah sakit umum di Pulau Sumbawa Besar. Sosro sempat bertemu langsung beberapa kali dengan Poch, saat bertugas sebagai tenaga kesehatan di kapal Hope yang dijadikan rumah sakit pada 1960.
“Melalui perbincangan tentang masa lalunya dan ciri-ciri fisik, saya semakin yakin Poch bukan orang sembarangan. Saya curiga dialah Adolf Hitler yang misterius itu. Apalagi, dia ditemani seorang perempuan yang menurut saya wajahnya mirip Eva Braun, kekasihnya. Akan tetapi, keyakinan ini saya pendam sangat lama. Hingga saya selesai bertugas di kapal Hope, rasa penasaran itu belum terjawab,” kata pria kelahiran Gundih Jawa Tengah, yang saat itu berusia 63 tahun.
Kaki Kiri dr. Poch tidak Normal
Keyakinan dan sekaligus rasa penasaran Sosrohusodo muncul kembali, setelah lebih dari dua puluh tahun kemudian dia menemukan informasi-informasi baru. Maka dia pun melakukan rekonstruksi pengalamannya, membuka kembali catatan-catatan, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Sosro benar-benar tertantang untuk mengungkap misteri dr. Poch. Saat itu, dia memperlihatkan sejumlah tulisan yang dibuatnya seperti diktat.
Kaki yang Diseret
Dari perjumpaannya dengan Poch, Sosro mengetahui kaki kiri dokter tersebut tidak normal. Jika berjalan harus diseret. Sementara tangan kirinya selalu gemetar. Kumisnya dipotong pendek dan hanya tersisa di tengah. Persis seperti yang ditirukan komedian terkenal Charlie Chaplin. Tidak tersisa rambut di kepalanya alias plontos.
Jika benar Poch adalah Hitler, pada saat bertemu Sosro dia berusia 71 tahun. Sebab, Hitler lahir pada 1889. ”Saya kira usianya seperti itu, sesuai dengan penampilan fisiknya. Saya ingat betul kondisi fisiknya, karena bukan hanya sekali bertemu dengannya dan berbicara tentang hal itu,” kata Sosro.
Hal lain yang membuatnya heran, ternyata Poch tidak memiliki ijazah kedokteran, tidak memiliki lisensi apa pun di bidang kesehatan. Akan tetapi, ternyata dia bisa memimpin satu rumah sakit. Sehari-hari Poch sering membungkus tubuhnya dengan seragam putih, pakaian khas dunia kedokteran. Sebagai seorang dokter, Sosro pernah memancing Poch dengan percakapan soal kesehatan.
“Poch ternyata tidak menguasai dunia medis, saya tahu itu. Dari pembicaraannya, dia tidak mengerti soal kedokteran. Ini makin misterius saja. Lalu siapa yang mengangkatnya menjadi pemimpin rumah sakit tersebut. Tentu tidak sembarang orang bisa menjadi pimpinan salah satu lembaga penting seperti itu,” kata Sosro.
Pada satu kesempatan berkunjung ke kediaman Poch, banyak hal dikemukakan dokter tua tersebut yang justru memperkuat dugaan Sosro. Misalnya saat ditanya tentang pemerintahan Hitler, Poch secara terang-terangan memujinya. Dia juga menolak anggapan terjadinya pembantaian besar-besaran terhadap orang Yahudi di Kamp Auschwicz. Padahal, dalam sejarah dunia kamp yang satu ini merupakan cerita horor legendaris pada masa kejayaan Nazi.
Poch juga mengaku tidak tahu-menahu, ketika ditanya tentang kematian Adolf Hitler pada 1945 di Berlin. Dia hanya bercerita, keadaan saat itu benar-benar kacau-balau dan setiap orang berusaha untuk menyelamatkan diri. Poch seperti menghindar jika ditanya terlalu jauh soal sosok Hitler dan sepak terjang Nazi.
Hampir sepanjang perbincangan berlangsung, lelaki tua yang gemar memotret itu mengeluhkan tentang tangan kirinya yang gemetar. Sosro kemudian meminta izin untuk memeriksa saraf ulnarisnya. Ternyata tidak ada kelainan. Demikian pula dengan tenggorokannya sehat-sehat saja. Saat itu, Sosro menyimpulkan kemungkinan “Hitler” hanya menderita parkinson, berkaitan dengan usianya yang lanjut.
Lalu Sosro berasumsi, kemungkinan penyakit itu muncul karena trauma psikis. “Dugaan saya langsung diiyakan Poch. Saya kaget juga. Akan tetapi, ketika saya tanya lebih jauh sejak kapan penyakit itu menghinggapinya, Poch malah bertanya kepada istrinya dalam bahasa Jerman. “Ini terjadi ketika Jerman kalah di pertempuran dekat Moskow. Saat itu Goebbels mengatakan bahwa kau memukuli meja berkali-kali.” ujar istrinya seperti ditirukan Sosro.
Siapa Goebbels? Apakah yang dimaksud adalah Joseph Goebbels, wartawan yang banyak membantu gerakan Nazi dan kemudian menjadi Menteri Propaganda pada pemerintahan Hitler? “Tidak tahu keceplosan atau bagaimana, beberapa kali istrinya memanggil Poch dengan sebutan ‘Dolf’. Apakah ini merupakan kependekan dari ‘Adolf’ atau bukan, saya tidak begitu pasti. Namun, itulah yang saya dengar langsung,” katanya.
Tulisan di Majalah “Zaman”
PERJUMPAAN Sosrohusodo dengan “Hitler” diwarnai berbagai kebetulan. Kebetulan pertama, ketika dia bertugas di Kapal Hope. Kebetulan kedua terjadi pada tahun 1981. Setelah lebih dari 21 tahun, pengalaman bertemu dengan Poch terekam dalam benaknya dan dicatat pada buku hariannya, seorang keponakannya datang berkunjung ke Bandung dan memperlihatkan mazalah Zaman edisi No. 15 Januari 1980.
Pada majalah tersebut terdapat sebuah artikel yang ditulis Heinz Linge, bekas orang dekat Hitler, berjudul “Cerita Nyata Hari Terakhir Seorang Diktator”. Tulisan tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria. Sambil memperlihatkan majalah Zaman, Sosro menerangkan, dalam tulisan itu Linge menceritakan tentang peristiwa bunuh diri Hitler dan Eva Braun. Kemudian menerangkan tentang kondisi fisik Hitler saat itu.
“Beberapa alinea dalam tulisan itu membuat jantung saya berdetak keras, seperti menyadarkan saya kembali. Sebab di situ ada ciri-ciri Hitler yang juga saya temukan pada diri si dokter tua Jerman. Apalagi setelah saya membaca buku biografi Hitler. Semuanya ada kesamaan,” ucap ayah empat anak ini.
Heinz Linge menulis, “Beberapa orang di Jerman mengetahui bahwa Führer sejak saat itu kalau berjalan maka dia menyeret kakinya, yaitu kaki kiri. Penglihatannya pun sudah mulai kurang terang serta rambutnya hampir sama sekali tidak tumbuh. Kemudian, ketika perang semakin menghebat dan Jerman mulai terdesak, Hitler mulai menderita penyakit kejang urat“.
Di samping itu, tangan kirinya pun mulai gemetar pada waktu kira-kira pertempuran di Stalingrad tidak membawa keberuntungan bagi tentara Jerman, dan ia mendapat kesukaran untuk mengatasi tangannya yang gemetar itu. Pada akhir artikel, Linge menulis, ”Tetapi aku bersyukur bahwa mayat dan kuburan Hitler tidak pernah ditemukan”.
Semangat untuk mengungkap misteri Poch semakin menggebu di dada Sosrohusodo.
Buku Harian Misterius tentang Kisah Pelarian Nazi
SOSROHUSODO menemukan data menarik dalam buku harian berukuran saku milik Poch. Dalam buku lusuh tersebut ditemukan ratusan alamat orang asing yang tinggal di berbagai negara di dunia. Di berbagai halamannya terdapat coretan tangan yang sulit dibaca. Di bagian lainnya terdapat tulisan steno. Semuanya berbahasa Jerman.
“Lihat ini catatannya. Buku ini banyak berbicara dalam upaya pengungkapan sosok misterius Poch. Memang tidak mudah, tetapi saya tertantang. Mungkin ini hanya soal waktu,” kata Sosro sambil membuka halaman-halaman buku kecil itu.
Memang tidak ada identitas jelas pemilik buku itu. Hanya, ada beberapa kode terdiri atas angka-angka yang tidak jelas maknanya. Pada sampul depan bagian dalam, tertulis kode J.R. KePaD No. 35637 dan 35638, dengan masing-masing nomor ditandai lambang biologis laki-laki dan perempuan. “Ini memperkuat dugaan saya, buku itu milik kedua orang yang saya yakini sebagai Hitler dan Eva Braun. Mereka menutup identitasnya rapat-rapat, tetapi tetap ada celah yang menuntun pada kenyataan sebenarnya,” tuturnya.
Sementara nama-nama negara yang tertulis dalam buku itu antara lain Pakistan, Tibet, Argentina, Afrika Selatan, dan Italia. Di salah satu halamannya terdapat tulisan yang dalam bahasa Indonesia berarti “Organisasi Pelarian. Tuan Oppenheim pengganti Ny. Kruger. Roma Sardegna 79a/1. Ongkos-ongkos untuk perjalanan ke Amerika Selatan (Argentina)“.
Lalu, ada satu nama dalam buku saku tersebut yang sering disebut-sebut dalam sejarah pelarian orang-orang Nazi, yaitu Prof. Dr. Draganowitch, atau ditulis pula Draganovic. Di bawah nama Draganovic tertulis Delegation Argentina da Imigration Europa – Genua Val Albaro 38. Secara terpisah, di bawahnya lagi tertera tulisan Vatikan. Di halaman lain disebutkan, Draganovic Kroasia, Roma via Tomacelli 132.
Sosro kemudian memperlihatkan majalah Intisari terbitan Oktober 1983, yang memuat sosok Klaus Barbie alias Klaus Altmann, bekas anggota polisi rahasia Jerman zaman Nazi. Di situ tertulis satu alamat Val Albaro. Disebutkan pula bahwa Draganovic memang memiliki hubungan dekat dengan Vatikan Roma. Profesor inilah yang membantu pelarian Klaus Barbie dari Jerman ke Argentina. Pada 1983, Klaus diekstradisi dari Bolivia ke Prancis, negara yang menjatuhkan hukuman mati terhadapnya pada 1947.
“Masih banyak alamat dalam buku ini yang belum seluruhnya saya ketahui relevansinya dengan gerakan Nazi. Saya juga sangat berhati-hati tentang hal ini, sebab menyangkut negara-negara lain. Saya masih harus bekerja keras menemukan semuanya. Saya yakin kalau nama-nama yang tertera dalam buku kecil ini adalah para pelarian Nazi,” katanya.
Rute Pelarian Hitler Dalam Tulisan Steno
SETELAH menerima buku catatan harian dr. Poch dari Ny. S, Sosrohusodo bingung ketika harus menerjemahkan bagian yang ditulis dengan huruf steno. Dia bertanya ke beberapa orang yang mengerti soal stenografi. Namun, mereka kurang paham karena model steno itu jarang dipakai pada masa sekarang.
“Akhirnya saya menyurati penerbit buku steno di Jerman, minta bantuan mereka. Selang beberapa waktu kemudian datang jawaban, steno yang contohnya saya kirimkan itu merupakan stenografi Jerman yang sudah ’kuno’. Namanya sistem Gabelsberger dan sudah lebih dari 60 tahun tidak dipakai lagi,” tutur Sosrohusodo.
Meski demikan, pihak penerbit berjanji akan mencarikan orang yang ahli steno Gabelsberger. Ternyata penerbit itu menepati janjinya, dengan mengirimkan terjemahan steno itu ke dalam bahasa Jerman. Lalu Sosro menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Judul catatan itu kurang lebih “Keterangan Singkat tentang Pengejaran Perorangan oleh Sekutu dan Penguasa Setempat pada Tahun 1946 di Salzburg“. Salzburg adalah nama kota di Austria. Di dalam catatan itu antara lain tertulis, “Kami berdua, istri saya dan saya, pada tahun 1945 di Salzburg“.
Memang tidak secara jelas diterangkan identitas “kami berdua” dalam catatan tersebut. Akan tetapi, yang jelas tersirat mereka berdua berada dalam ancaman. Antara lain dikejar-kejar oleh CIC (Dinas RahasiaAS). “Pokoknya catatan itu menggambarkan penderitaan orang yang diburu pihak keamanan,” tutur Sosrohusodo.
Selain itu, terdapat pula abjad yang ditulis dengan huruf besar secara mencolok. Kalau diurutkan, kemungkinan merupakan rute pelarian keduanya. Huruf-huruf itu adalah B, S, G, J, B, S, R. Menurut Sosro, cara menyingkat tulisan seperti itu merupakan kebiasaan Hitler dalam membuat catatan. ”Kebiasaan ini ditemukan pula dalam literatur lain yang saya baca,” ujarnya.
Lalu dia menerjemahkan dan mengaitkannya dengan kemungkinan rute pelarian Hitler. Kedua insan itu memulai pelariannya dari B yang berarti Berlin, lalu S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Beograd), S (Sarajevo), dan R (Roma). Roma, menurut dia, sebagai kota terakhir di Eropa yang menjadi tempat pelarian kedua orang itu. Setelah itu, mereka keluar dari benua tersebut menuju sebuah tempat bernama Pulau Sumbawa.
Sosro membacakan hasil terjemahan dari catatan harian itu, ”Pada hari pertama di bulan Desember, kami harus pergi ke R untuk menerima surat paspor yang kemudian berhasil membawa kami meninggalkan Eropa”. Keterangan ini sesuai dengan data pada paspor dr. Poch yang menyebutkan, paspor bernomor 2624/51 diberikan di Rom (tanpa huruf akhir a). Pada catatan buku itu nama Dragnovic dikaitkan dengan Roma.
Sosro kembali memperlihatkan majalah Zaman edisi 14 Mei 1984 ketika membahas tentang BerlinSalzburg. Menurut dia, sejarah mencatat peristiwa jatuhnya pesawat yang membawa surat-surat rahasia Hitler di sekitar Jerman Timur tahun 1945. Kenyataan ini menjadi petunjuk tentang rute pelarian mereka. dan
Makam G.A. Poch di Ngagel Utara, Surabaya
Tentang pelarian Hitler, Sosrohusodo menyimpan kisah yang didengar dari masyarakat tempatnya bertugas di Sumbawa. Masyarakat di sana bercerita, pada suatu ketika mereka melihat munculnya kapal selam dari laut yang disusul dengan pendaratan sebuah wahana yang berbentuk bulat.
“Saya mendengar cerita ini dari mulut ke mulut. Saya jadi bertanya-tanya, apakah ini ada kaitan dengan kemungkinan larinya Hitler menggunakan kapal selam dari Eropa ke perairan Sumbawa? Tidak begitu jelas. Tapi juga bukan sesuatu yang tidak mungkin,” katanya.
Sosro sangat yakin, orang sebesar dan sepenting Hitler memiliki pengikut setia. Mustahil jika mereka tidak memiliki strategi penyelamatan atas pimpinan tertingginya. Apalagi kemudian diketahui beberapa dugaan terdahulu tentang akhir hidup Hitler, belum ada satu pun yang pasti.
“Jadi, bukan sesuatu yang tidak mungkin jika pengikutnya memilih Pulau Sumbawa di Indonesia. Sebab saat itu Indonesia boleh dibilang sebagai wilayah yang masih terbuka untuk dijadikan tempat persembunyian. Lokasi Pulau Sumbawa juga begitu jauh dari Benua Eropa,” ujarnya beralasan.
Sosro pun bercerita tentang pengakuan Nyonya S berkaitan dengan hal itu. Suatu hari suaminya mencukur kumisnya mirip dengan kumis Hitler, kemudian S mempertanyakan kemiripan kumisnya itu dengan kumis Hitler. Poch malah mengiyakan bahwa dirinya adalah Hitler. “Tapi jangan bilang sama siapa-siapa,” begitu Sosro mengutip ucapan Nyonya S.
Sosrohusodo mungkin termasuk orang yang teguh memegang amanah. Hal itu terbukti ketika dia menutup rapat-rapat kepanjangan nama Nyonya S. Dia hanya memberi pintu masuk menuju identitas lengkapnya dalam bentuk foto-foto dan nama tempat Babakan Ciamis.
Setidaknya terdapat dua foto yang menunjukkan hubungan suami istri antara Ny. S dan Poch. Foto yang dibuat di Sumbawa itu disebut Sosro sebagai foto saat keduanya melangsungkan pernikahan di pendopo kabupaten. Penggunaan pendopo sebagai tempat hajatan menunjukkan posisi Poch yang dihormati di kalangan masyarakat setempat.
Pada foto itu terlihat Poch sudah semakin tua, bersetelan jas yang agak kebesaran, kemeja putih berdasi, dan berkacamata. Sementara S mengenakan kebaya putih, berkain batik, dan sanggul beruntai bunga yang jatuh di dada kanannya. Tangan kanannya memegang kipas. Mereka diabadikan dalam posisi berdiri.
Sementara pada foto yang satu lagi, Poch dan S duduk di kursi. Sementara di belakang mereka berdiri tiga pria. Jika senyum tampak tersungging di bibir S, maka di kedua foto itu wajah Poch begitu dingin. Menjelang pernikahan itulah, kata Sosro, konon Poch pindah agama menjadi seorang Muslim. Dia berganti nama menjadi Djamaluddin. Kemudian mereka pindah ke Surabaya.
Namun nama barunya sebagai seorang mualaf itu tampaknya tidak digunakan. Hal itu bisa dilihat pada makam Poch di Pemakaman Umum Ngagel Utara, Jalan Bung Tomo, Surabaya. Pada batu nisannya tertulis nama G. A. Poch. Belakangan saya baru tahu G.A. adalah kependekan dari Georg (tanpa ”e”) Anton.
NOTABENE : WOW..KEERENN..
AQ UDAH LUPA DIMANA TEPATNYA AKU DAPAT ARTIKEL INI. TAPI INI MENARIK BANGET, MAKASIH BUAT SESEORANG YANG PERTAMA KALI MEMPOSTING ARTIKEL INI KE INTERNET ALIAS KE DUNIA MAYA..HEHE
Ku tatap sebuah bangunan di seberang rumahku dari balik tirai jendela kamarku. Dulu,saat umurku masih 8 tahun,,saat hujan datang,ia pasti akan menyapaku juga dari balik jendela kamarnya di rumah itu,sambil berteriak-teriak mengajakku bermain hujan.
“Rena…,”aku ucap namanya lirih.
Aku tak tahu mengapa sahabat di masa kecilku itu begitu berkesan buatku. Sudah 10 tahun aku tak bertemu dengannya,bahkan tak tahu apa kabarnya. Ia pindah rumah ,tak lama setelah ia jatuh sakit. Aku tidak tahu ia sakit apa.
Gerimis mulai turun,mengaburkan kaca jendelaku. Pandanganku ikut mengabur. Ku putuskan untuk berdiri di balkon kamarku kamar walau hujan tak bersahabat. Ingatanku ini tak akan gentar untuk terus mengenang. Bodohnya aku kala itu. Di hari kepindahan Rena,aku mengurung diri di kamar. Bukan marah karena Rena akan pergi,bahkan saat itu aku tak tahu dia akan pergi. Terlebih marah dan takut pada ayah,karena aku memecahkan guci kesayangannya dan tak mau mengaku. Aku tersenyum kecil,mengingat betapa nakalnya aku dulu.
Saat itu,ibu mengetuk-ngetuk pintu kamarku,tapi aku menutup telinga menangis sekeras-kerasnya. Maksudku merajuk agar ayah tak marah lagi. Ibu mengatakan sesuatu tentang Rena,tapi itu ku pikir itu hanya cara ibuku untuk agar aku tak merajuk. Maka aku meraung,menangis lagi makin keras. Ku dengar langkah kaki ibu menjauh dari kamarku.
Mungkin karena kelelahan,aku pun tertidur.
Sore harinya ,saat aku terbangun,aku mendapati sebuah surat dan sebuah foto album yang terbungkus rapi bertengger di mejaku. Aku buka bungkusan itu. Foto album yang berisi foto-fotoku dengan Rena. Yang kedua,surat.Dari Rena. Dengan tulisannya yang acak-acakan ,dia menulis singkat :
HAI RANNY
AKU HARUS PERGI. MAMA DAN PAPA BILANG KAMI HARUS PINDAH RUMAH. AKU TIDAK TAHU KENAPA.
KATANYA,RUMAHKU NANTI JAUUUHHH SEKALI.
JANGAN LUPA DATANG MENGUNJUNGIKU YAAA
TEMANMU,
RENA
Aku menangis lagi. Keras sekali. Lebih keras dari sebelumnya.
“Rena pergi…..,”begitu kataku ketika ibu mendatangiku.
“Ranny Sayaaang…..kita masih bisa mengunjungi Rena,”kata ibu.
“Iya,nanti kita bicarakan dengan ayah,jika kamu ingin mengunjungi Rena,”kata ibu mngecup keningku.
“Tapi ayah marah sama Ranny,”aku menangis dan keluar menuju balkon. Ku buang surat dari Rena. Butir-butir hujan jatuh menghujam surat itu. Melumatnya hingga luntur dan tak mungkin di baca. Ibu berteriak dan menatapku kesal.
“Rannnyyy….sayyyaaaang…alamat dan nomor telepon Rena di rumah yang baru ada di balik surat itu sayaaang….
Kemungkinan Rena akan sering pindah rumah,karena pekerjaan orangtuanya . Sekarang tanpa surat itu,kita tak akan bisa mengunjunginya.”kata ibu tegas. Aku menangis makin keras,menyaingi suara hujan.
Suara klakson mobil dari depan rumah membuyarkan lamunanku. Ku lihat rumah itu,rumah Rena dulu. Sebuah mobil putih memasuki halaman rumah itu. Ku dengar dari ibu tadi malam,rumah itu telah di huni oleh penghuninya yang baru. Tapi..aku tidak tahu siapa.
Kemudian tanyaku terjawab. Seorang gadis keluar dari mobil itu dan berlari kea rah rumah ku. Ia berhenti tepat di bawah balkonku. Dia membawa sebuah buku besar dan sebuah spidol hitam. Aku heran dan memperhatikannya. Tiba-tiba dia menuliskan sesuatu di buku gambarnya dan menunjukkannya ke arahku. Aku sempat menyangkanya tidak waras karena sok kenal dan berhujan-hujan hanya untuk menuliskan sesuatu untukku di sana. Di buku gambarnya tertulis sesuatu:
“MASIH INGAT AKU ???!”
Aku tertegun.
Ku pandangi wajahnya.
Dia tersenyum lebar dan manis.
Aku terkesiap. Senyum itu…
Aku berlari menyongsongnya.
Berlari dan segera keluar menuju halaman,untuk memastikan siapa pemilik senyum itu, Saat berada di hadapnya. Aku tersenyum. Terlalu senang tak mampu berkata-kata.
“Hujan membawaku pergi. Tapi hujan juga membawaku kembali,Rany.”katanya.
Dan aku pun yakin,serta memeluknya erat.
Sahabat kecilku kembali.
24 MARET 2009
BY MEMOYZ
"AKU BUAT CERITA INI UDAH LAMAAAAA BANGED.
MOHON KRITIK DAN SARAN YAAA...BUAT AKU YANG MELLOW INI...HEHE"