gravatar

PIAN 1 : DAN AKU AKAN (SELALU) MENDENGARKAN











Siang ini ramai sekali di sekolahku. Yaa..sekolah memang selalu ramai. Tapi,hari ini berbeda. Hari ini adalah hari Senin dan lebih dari 50 murid di sekolahku terlambat menghadiri upacara bendera. Maka,setelah upacara usai,murid-murid tadi di kumpulkan di lapangan upacara,di beri kuliah panjang lebar oleh Kepala Sekolah dan di beri hukuman membersihkan seluruh sekolah. Tentu saja hal ini menjadi perhatian murid-murid lain. Hingga kami pun berdiri di luar kelas dan menyaksikannya. Di antara teman-temanku yang kena hukuman itu,ku lihat Lala,dia temanku sejak kecil,karena rumah kami bersebelahan. Aku terheran-heran melihatnya. Dia itu murid paling rajin yang pernah aku kenal. Lalu,kenapa hari ini dia terlambat. Pertanyaan ini berkecamuk di pikiranku. “Yan…Pian………..itu si Lala kan? Aku pikir ,aku salah lihat. Tapi bener lho,Lala tuh,dia terlambat,”kata Janice di sampingku. Sebenarnya namaku Vivian.,tapi teman-temanku dan hamper semua orang yang mengenalku lebih suka memanggilku Pian. Aku hanya mengangguk menanggapinya. Karena aku juga tidak punya jawaban apa-apa. Aku memang jarang pergi ke sekolah bersamanya. Karena dia lebih sering di antar sopir pribadinya,atau akhir-akhir ini ,lebih sering di antar pacar barunya yang beda 3 tahun darinya. Ku perhatikan mata Lala sembab. Tapi aku tak sempat mencari tahu ,karena guru kami datang dan menggiring kami masuk kelas. Pelajaran pertama,ku lewati dengan pikiran tak focus.

Istirahat pertama di mulai…..

Aku heran kenapa Lala tidak juga masuk kelas di pelajaran kedua. Saat aku mencoba-coba mencari Lala,Dita memanggilku.

“Pian……si Lala nangis sendirian tuh di taman pojok kantin,”

Taman pojok Kantin?,”tanyaku heran. Dita mengangguk.

Aku berlari ke sana dan berpikir,rasanya bukan tempat yang tepat untuk menangis di taman pojok kantin yang super ramai.

“Lala…,”ucapku saat telah sampai di sampingnya.

Lala menatapku sekilas,dan walau pun sudah tidak menangis ,aku bisa melihat matanya merah. Karena dia tidak mengatakan apa-apa,maka aku putuskan untuk bertanya.

“Kamu kenapa?,”tanyaku.

“Pacarku,yan. Pacarku selingkuh,”jawabnya penuh emosi dan mulai menangis lagi. Aku mulai merasa bertanya dengan cara yang salah,karena orang-orang di sekitar mulai memperhatikan kami. Aku sebenarnya heran pada Lala dan beberapa orang temanku yang sudah mengenal pacaran. Di usia 14 tahun,Lala sudah 2 kali pacaran. Teman-temanku ada yang sekali,2 kali,3 kali. Aku? Sama sekali belum pernah. Bukan karena apa-apa,tapi entahlah aku lebih suka berteman. Menurutku belum pantas. Teman-temanku menganggapku kekanakan,tapi bukankah kami memang masih anak-anak?

“Pian……,”panggilnya,mungkin karena aku terlalu lama diam.

“Kenapa bisa begitu?,”hanya itu yang bisa aku ucapkan. Kemudian,Lala bercerita panjang lebar tentang semuanya,dan aku pun mendengarkan. Memang selama 1 tahun terakhir ini ,aku selalu mendengarkannya dengan baik. Sekarang aku tahu mengapa Lala terlambat pergi ke sekolah hari ini. Itu karena ia menangis semalaman,dan membuatnya terlambat bangun. Dan di akhir ceritanya,Lala pasti berterimakasih padaku dan mengatakan bahwa aku sangat membantu. Padahal,aku jelas-jels tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengangguk beberapa kali. Aku makin merasa seperti anak-anak yang tidak mengerti permasalahan orang dewasa.

Saat di rumah,aku menceritakan kejadian di sekolah pada abangku Radith,yang sudah kuliah dan Kakakku Chintya yang sudah menikah dan kebetulan mampir ke rumah,perbedaan kami bertiga sangat jauh,jarak usiaku dengan Bang Radith 6 tahun,jarak usiaku dengan Kak Chin 11 tahun. Bang Radith tertawa melihat kepolosanku. Kak Chin tersenyum sambil menimang anak pertamanya yang berusia 6 bulan. Karena merasa tidak di dukung ,aku pun mengajak Shandy,anak Kak Chin ,bermain. Aku makin merasa kecil.

Esok harinya,di sekolah ,Lala masih terlihat sedih namun tampak lebih baik dari kemarin. Dan aku masih tidak tahu harus berkata apa. Saat teman-temanku mendukung ,menghibur Lala dan mengatakan “Sabar ya,La,”,aku pun membeo. Hal itu sedikit membuatku puas.

Selang 1 Minggu kemudian,,,,

Aku melihat wajah Lala telah cerah kembali,pipinya bersemu merah dan matanya terlihat berbinar-binar. Ia kembali rajin dan cemerlang dalam megikuti pelajaran. Aku dan teman-teman lega di buatnya dengan perubahan Lala yang begitu cepat. 1 minggu yang lalu,kami melihatnya berlinang air mata dan kini kami melihatnya dengan limpahan senyum lebar tak terhingga. Saat sedang berkunjung ke rumahku untuk membuat tugas bersama,aku penasaran dan bertanya tentang hal yang membuatnya begitu cepat sembuh dari kesedihannya. Lala pun menjawab ,tak lupa dengan tersenyum-senyum.

“Setelah pacarku selingkuh,aku putus dengannya dan 3 hari yang lalu,saat sedang pergi ke toko buku,aku ketemu sama cowok,dia manis sekali,Lalu ia mengajakku berkenalan…,”dan cerita Lala berlanjut lagi. Aku kembali mendengarkan,mengangguk beberapa kali dan takjub dengan Lala yang Ajaib . Terbuat dari apakah hati Lala?,tanyaku dalam hati. Di akhir ceritanya,Lala berkata ,”Makasih ya,Pian. Kamu temen aku yang paling baik deh. Kamu bener-bener bawa hoki,hehehe. Nanti soal kelanjutannya sama dia,aku certain lagi ya,Pian.”

“Oke!,”kataku terheran-heran,memang apa yang sudah aku lakukan? Dan aku akan (selalu) mendengarkan Lala untuk semua yang ia ceritakan.



notabene: terimakasih sudah mau repot-repot membaca serial isengku.

nantikan kelanjutan serial Pian.

Leave a comment on Chatbox.

thX.



LOVE Y'ALL (-^_^-) mEMoYZ

chat with ME !!!! (-^_^-)

Pengikut

FOLLOW

STATISTIC

BACKLINK

backlink backlink backlink Free BackLinks