Bahagia itu Seperti Apa ?
Malam,bloggers.
hari ini saya kembali merenung karena sesuatu. Sebenarnya seperti apa sih ukuran seseorang yang bisa di sebut Bahagia ? Bisakah banyaknya harta menjadi patokan seseorang bisa bahagia? Lalu bagaimana dengan keluarga kaya yang tidak harmonis hubungannya dalam keluarga karena jarang bertemu ?
Tadi siang setelah pulang dari kampus, saya melihat pemandangan miris menyentuh hati. Ada seorang tuna wisma (mungkin, dilihat dari penampilan dan barang bawaannya), seorang bapak atau kakek berusia sekitar 60-an ke atas makan di bawah pohon di luar pagar rumah mewah dengan seorang anak kecil. Mereka tersenyum, tertawa-tawa,bercanda. Sementara dibelakang mereka berdiri bangunan megah yang angkuh,yang entah kemana penghuninya. Saya terenyuh sekali melihatnya. Betapa mereka tampak begitu bahagia, dengan makanan seadanya, dengan keadaan mereka yang seperti itu. Bahagiakah mereka ? Mungkinkah suatu kebersamaan bisa menjadi patokan bahwa seseorang itu bahagia? Jika memang begitu, bahagiakah anda saat ini?
Saya memiliki seorang teman, yang sangat kaya raya tapi terlihat tidak bahagia karena kurangnya perhatian dari keluarga,dia sering mengeluh melihat teman-temannya yang lain, yang dia sebut sebagai orang yang lebih beruntung dari dirinya.
tapi orang yang tersenyum belum tentu juga menunjukkan bahwa dia bahagia.
Bahagia itu dari hati. Benarkah ?
Suatu kali, Saya pernah menemukan seorang bapak-bapak tua yang juga sama bahagianya seperti kakek-kakek yang saya ceritakan di atas, dia terlihat bahagia, meski fisiknya tidak sempurna, dan hebatnya dia bekerja, dia mampu bekerja.
Dan apakah dengan membahagiakan orang lain maka kita telah bahagia ?
Saya pernah membaca dalam sebuah buku, yang menyatakan bahwa bahagia itu seperti virus, yang bisa menyebar dan menular ke orang lain. Bukankah itu hal yang baik? Dari hal kecil saja, mm seperti saat kita menyapa oranglain dengan senyuman, atau saat kita ditolong oleh orang lain,jangan lupa mengucapkan terimakasih. Ucapan itu, walau singkat, tapi pasti memberi arti yang lebih bagi yang menerimanya. Apalagi saat kita mengucapkannya, kita tersenyum. Dengan membalas senyum kita, seseorang telah kita bahagiakan hari itu. Dan saya rasa, nantinya dia akan meneruskan senyuman itu, dan membuat orang lain juga bahagia hari itu. Hal kecil saja yang kita lakukan, bisa membawa bahagia ke orang banyak. Sudahkah anda membuat orang lain bahagia hari ini?
hHM....sambil menulis entri ini, di kotaku ini turun hujan. Di temani segelas susu coklat panas, saya merenungi semuanya. Entah kenapa, akhir-akhir ini saya suka sekali merenung. Hal-hal kecil seperti yang saya jumpai setelah pulang dari kampus tadi, bisa membuat saya merenung. Tapi itu membuat saya BAHAGIA. :) Karena saya bisa mengambil pelajaran baru.
Jadi yang bisa saya simpulkan, bahagia itu tidak bisa di ukur melalui materi yang kita dapat, Bahagia bisa di ukur melalui seberapa puas hati kita dalam melakukan sesuatu, seberapa nyaman kita dengan hidup yang kita jalani, Bahagia datang dari hati. Setujukah anda ?
(-^_^-) MemOyz
hari ini saya kembali merenung karena sesuatu. Sebenarnya seperti apa sih ukuran seseorang yang bisa di sebut Bahagia ? Bisakah banyaknya harta menjadi patokan seseorang bisa bahagia? Lalu bagaimana dengan keluarga kaya yang tidak harmonis hubungannya dalam keluarga karena jarang bertemu ?
Tadi siang setelah pulang dari kampus, saya melihat pemandangan miris menyentuh hati. Ada seorang tuna wisma (mungkin, dilihat dari penampilan dan barang bawaannya), seorang bapak atau kakek berusia sekitar 60-an ke atas makan di bawah pohon di luar pagar rumah mewah dengan seorang anak kecil. Mereka tersenyum, tertawa-tawa,bercanda. Sementara dibelakang mereka berdiri bangunan megah yang angkuh,yang entah kemana penghuninya. Saya terenyuh sekali melihatnya. Betapa mereka tampak begitu bahagia, dengan makanan seadanya, dengan keadaan mereka yang seperti itu. Bahagiakah mereka ? Mungkinkah suatu kebersamaan bisa menjadi patokan bahwa seseorang itu bahagia? Jika memang begitu, bahagiakah anda saat ini?
Saya memiliki seorang teman, yang sangat kaya raya tapi terlihat tidak bahagia karena kurangnya perhatian dari keluarga,dia sering mengeluh melihat teman-temannya yang lain, yang dia sebut sebagai orang yang lebih beruntung dari dirinya.
tapi orang yang tersenyum belum tentu juga menunjukkan bahwa dia bahagia.
Bahagia itu dari hati. Benarkah ?
Suatu kali, Saya pernah menemukan seorang bapak-bapak tua yang juga sama bahagianya seperti kakek-kakek yang saya ceritakan di atas, dia terlihat bahagia, meski fisiknya tidak sempurna, dan hebatnya dia bekerja, dia mampu bekerja.
Dan apakah dengan membahagiakan orang lain maka kita telah bahagia ?
Saya pernah membaca dalam sebuah buku, yang menyatakan bahwa bahagia itu seperti virus, yang bisa menyebar dan menular ke orang lain. Bukankah itu hal yang baik? Dari hal kecil saja, mm seperti saat kita menyapa oranglain dengan senyuman, atau saat kita ditolong oleh orang lain,jangan lupa mengucapkan terimakasih. Ucapan itu, walau singkat, tapi pasti memberi arti yang lebih bagi yang menerimanya. Apalagi saat kita mengucapkannya, kita tersenyum. Dengan membalas senyum kita, seseorang telah kita bahagiakan hari itu. Dan saya rasa, nantinya dia akan meneruskan senyuman itu, dan membuat orang lain juga bahagia hari itu. Hal kecil saja yang kita lakukan, bisa membawa bahagia ke orang banyak. Sudahkah anda membuat orang lain bahagia hari ini?
hHM....sambil menulis entri ini, di kotaku ini turun hujan. Di temani segelas susu coklat panas, saya merenungi semuanya. Entah kenapa, akhir-akhir ini saya suka sekali merenung. Hal-hal kecil seperti yang saya jumpai setelah pulang dari kampus tadi, bisa membuat saya merenung. Tapi itu membuat saya BAHAGIA. :) Karena saya bisa mengambil pelajaran baru.
Jadi yang bisa saya simpulkan, bahagia itu tidak bisa di ukur melalui materi yang kita dapat, Bahagia bisa di ukur melalui seberapa puas hati kita dalam melakukan sesuatu, seberapa nyaman kita dengan hidup yang kita jalani, Bahagia datang dari hati. Setujukah anda ?
(-^_^-) MemOyz